---------------------------------------------------------------------------------------
Aku dan kamu bukan malaikat...
Tapi aku juga yakin kalau kamu dan aku bukanlah iblis...
Manusia ya manusia. Manusia bisa lebih baik dari pada malaikat, dan bisa lebih jahat dari iblis. Perasaan yang berkolaborasi dengan kasih sayang bisa membuat manusia luar biasa baik, rela mengorbankan dirinya, rela diinjak-injak, meski diteriaki orang bodoh oleh orang lain. Nafsu yang berkolaborasi dengan kebutuhan hidup, harga diri yang berlebihan, mampu membuat manusia bertindak lebih buruk dari iblis.
Manusia adalah makhluk yang seperti ini. Punya akal, nurani, tapi juga punya hawa nafsu. Jadi ya, seperti itulah. Apalagi, manusia punya sebuah komplek yang disebut hati, yang keluasannya nggak ada yang tahu, selain dirinya dan Pencipta nya.
Karena itu, kalau seseorang punya sisi yang nggak kuketahui, itu sangat wajar. Aku juga yakin bahwa aku tidak tahu banyak soal diri setiap orang yang telah kutemui selama hidup. Kalau ada yang ingin disembunyikan dari orang lain, itu wajar. Mungkin malah hampir semua orang punya sisi yang tidak ingin diperlihatkannya pada orang lain, karena manusia hidup di sekitar orang lain, manusia ingin terlihat baik di depan orang lain. Apa ada yang salah dengan itu? Yang penting nggak munafik. Yang penting diri yang ditunjukkan adalah bagian dirinya juga, hanya tidak semua dirinya, kurasa itu wajar. Yang salah adalah orang yang menganggap tahu segalanya tentang orang lain. Manusia adalah makhluk yang rumit, jadi aku nggak berani menetapkannya seperti selai kalengan. Kalau tulisannya selai stroberi, maka dalamnya ya stroberi. Kalau nanas ya isinya nanas.
Jadi, kalau melihat seseorang yang terpikir adalah... "Ah, begitu... tapi, seperti apa sisi2 nya yang lain ya?" Yang kulihat hanyalah sebagian kecil dari fragmen dirinya yang terbentuk dari masa hidup yang bertahun-tahun. Manusia adalah makhluk yang rumit dan tidak terduga.
Hahaha, ngomong panjang panjang ngalor ngidul gini intinya apa mbak?
1. Jangan menghakimi orang hanya dengan sekali lihat, karena kamu tak pernah bisa melihat ke dalam (hati).
2. Jangan berharap berlebihan pada orang lain, tapi jangan juga berharap kekecilan. Kalo kata Sutardji Calzoum Bachri dalam salah satu cerpen di buku Hujan Menulis Ayam, "Menyelesaikan sesuatu dengan tidak kebesaran tapi juga tidak kekecilan".
"Menyelesaikan sesuatu dengan tidak kebesaran tapi juga tidak kekecilan"
Itu adalah kalimat yang paling aku ingat dari buku kumpulan cerpen SCB selain kata, "di kebun binatang, makin sore makin ramai pasangan datang," hahaha.
Ceritanya mungkin sederhana, tentang laki-laki yang tanpa sengaja terlihat oleh cewek tetangganya saat buang air besar. Sejak itu hubungan mereka jadi kaku. Laki-laki ini juga jadi merasa nggak enak karena cewek itu selalu bersikap kaku. Lalu, pemecahannya?
"Anggap saja kau melihat patung pemikir masa depan bangsa ini." (kalo gak salah gitu kata2nya), Kata si laki-laki itu, lalu dalam hatinya ia pun merasa puas melihat cewek itu tersenyum lagi. Dan seperti biasa, motto orang ini sepanjang cerita sepertinya adalah "menyelesaikan sesuatu dengan tidak kebesaran tapi juga tidak kekecilan."
Kurasa kata2 ini mengandung banyak arti. Seperti, bukan berarti harus ngalah dan berkecil hati, bukan berarti harus menang secara lebay juga. Dan, obrolan ngalur ngidul kita inipun berakhir pada satu pola pikir yang bagus,, pola pikir Menang-Menang. Lagi-lagi, ini pun sebuah istilah yang ku pinjam dari sebuah buku. Kali ini buku 7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif. Nanti aku sambung lagi yaw... time to sleep.
Jadi, kalau melihat seseorang yang terpikir adalah... "Ah, begitu... tapi, seperti apa sisi2 nya yang lain ya?" Yang kulihat hanyalah sebagian kecil dari fragmen dirinya yang terbentuk dari masa hidup yang bertahun-tahun. Manusia adalah makhluk yang rumit dan tidak terduga.
Hahaha, ngomong panjang panjang ngalor ngidul gini intinya apa mbak?
1. Jangan menghakimi orang hanya dengan sekali lihat, karena kamu tak pernah bisa melihat ke dalam (hati).
2. Jangan berharap berlebihan pada orang lain, tapi jangan juga berharap kekecilan. Kalo kata Sutardji Calzoum Bachri dalam salah satu cerpen di buku Hujan Menulis Ayam, "Menyelesaikan sesuatu dengan tidak kebesaran tapi juga tidak kekecilan".
"Menyelesaikan sesuatu dengan tidak kebesaran tapi juga tidak kekecilan"
Itu adalah kalimat yang paling aku ingat dari buku kumpulan cerpen SCB selain kata, "di kebun binatang, makin sore makin ramai pasangan datang," hahaha.
Ceritanya mungkin sederhana, tentang laki-laki yang tanpa sengaja terlihat oleh cewek tetangganya saat buang air besar. Sejak itu hubungan mereka jadi kaku. Laki-laki ini juga jadi merasa nggak enak karena cewek itu selalu bersikap kaku. Lalu, pemecahannya?
"Anggap saja kau melihat patung pemikir masa depan bangsa ini." (kalo gak salah gitu kata2nya), Kata si laki-laki itu, lalu dalam hatinya ia pun merasa puas melihat cewek itu tersenyum lagi. Dan seperti biasa, motto orang ini sepanjang cerita sepertinya adalah "menyelesaikan sesuatu dengan tidak kebesaran tapi juga tidak kekecilan."
Kurasa kata2 ini mengandung banyak arti. Seperti, bukan berarti harus ngalah dan berkecil hati, bukan berarti harus menang secara lebay juga. Dan, obrolan ngalur ngidul kita inipun berakhir pada satu pola pikir yang bagus,, pola pikir Menang-Menang. Lagi-lagi, ini pun sebuah istilah yang ku pinjam dari sebuah buku. Kali ini buku 7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif. Nanti aku sambung lagi yaw... time to sleep.
No comments:
Post a Comment