Istilah KTT aku pinjam dari matkul PIP semester awal dulu. Kompleks Tahanan Terdesak, adalah kompilasi stress yang menumpuk, mendesak, dan minta penyaluran. Jadi, yaah, halaman ini akan jadi penyaluran saya sementara ini.. Agak out of context, tapi ya sudahlah...
Aku nggak suka sama diriku sendiri yang nggak bisa nangis saat seharusnya aku bener2 butuh nangis. Misalnya pengin nangis, udah netes dikiiit banget, langsung masuk lagi (?) begitu ada orang. Muka tembok, dasar.
Begitu saya ngungsi ke tempat sepi (baca: kamar mandi), tetep aja aer mata nggak keluar2, paling cuma setetes dua tetes.
Tapi biarlah.
Aku jadi ingat pernah baca sebuah buku di SMA dulu, judulnya "Tuesdays with Morrie". Tentang profesor yang memberikan kuliah terakhir tentang hidup kepada mantan mahasiswanya dulu, setiap hari Selasa, dengan kondisinya yang tua dan sakit keras. Profesor itu bilang, setiap pagi profesor itu menangisi keadaannya, tapi hanya sebentar, dan kemudian, hari selanjutnya ia isi dengan kebahagiaan.
Bukankah itu hebat? Kurasa itu hebat. Ia hidup menderita, tapi lihatlah, ia bisa menjadi 'seseorang yang berharga' bagi mahasiswa yang hidupnya sekarang berantakan itu. Ia bisa membuat orang lain merasa kuat.
Saat ini aku menyadari bahwa "Society made you feel your own existence". Meskipun aku merasa ancur-ancuran, tapi aku masih bisa membantu adik dan sepupuku dalam belajar. Aku bisa menulis sampah2 seperti ini di blog ku. Ada hal yang hanya bisa dilakukan olehmu, dan itulah yang menguatkan keberadaanmu. Nggak mesti sesuatu yang berat. Misalnya, aku membuat gambar untuk temanku. Itu gambarku. Dan ia senang dengan gambar itu. Aku merasa 'ada'. Atau hal kecil seperti memungut paku di jalan. Kalau kamu tidak memungutnya tadi, mungkin nggak ada yang akan memungutnya. Kalaupun ada mungkin masih nanti2. Aku sadar bahwa kontribusi kepada orang lain membuatmu merasa ada. Membuatmu merasa berguna. Tidak perlu untuk banyak orang. Kalau ada satu orang saja yang merasakan keberadaanmu, itu sudah cukup. Ada orang yang merasa kamu berharga, meskipun hanya satu, itu sudah cukup. Tanpa sadar, hey, mungkin ternyata kamu punya cukup banyak!
Aku selalu bangkit kembali setelah bermelankoli ria. Sayangnya, aku nggak seperti Professor Morrie yang hanya di pagi hari, aku selalu butuh waktu cukup lama untuk mengeset otakku jadi 'ON' lagi.
Sekali lagi, yang banyak mengingatkanku adalah Allah SWT. Di saat begini, selalu banyak hal yang mengingatkanku, lewat berbagai cara.Dan menulis semakin membuat pikiranku terbuka.
No comments:
Post a Comment