Alarm bangun pagi terefektif buatku –ibuku tercinta, telah membiasakanku untuk bangun di waktu fajar saat azan subuh berkumandang. Mata yang dihinggapi belek seringkali terlalu malas untuk membuka dan bergegas untuk ke kamar mandi. Tapi begitu mencuci muka, biasanya rasa kantuk langsung hilang. Rasanya segar setelah berwudhu, lalu shalat subuh.
Setelah itu, aku selalu berdiri sejenak di dek tempat jemuran yang ada di lantai dua rumahku. Memandang langit. Ya, memandang langit fajar.
Fajar adalah waktu yang luar biasa.
Pada saat wajahku menengadah memandang langit, angin fajar membelai wajahku, daguku, tanganku, lututku, rambutku, dan dingin fajar yang menelusupi ubin semen merembes melalui telapak kakiku, walau sejenak, setiap hari, aku selalu menikmatinya.
Apalagi kalau tadi malamnya hujan, dan di fajar ini langit perlahan cerah. Langit selalu warna-warni. Dan ubin semen yang basah, atap-atap yang basah, jalanan yang basah, daun-daun yang basah, semuanya terlihat sedap dipandang.
Yang paling kusuka, langit pagi tak pernah memperlihatkan wajah yang sama padaku, tak pernah membuatku bosan.
Kemudian, aku berkata dalam hati, ”Ohayou!”
No comments:
Post a Comment