Sunday, July 7, 2013

When The Last Sword is Drawn [J-Movie] (2003)


Pertama, ane adalah tipe orang yang mudah menangis jika menonton historical drama/movie. Dan, ane pun menangis saat menonton film When the Last Sword is Drawn. Film ini bersetting pada masa akhir keshogunan Tokugawa, dan menceritakan dua orang samurai, Saito Hajime dan Yoshimura Kanichiro yang keduanya merupakan Shinsengumi. Saito Hajime sendiri diambil dari tokoh nyata Saito Hajime yang menjabat sebagai Kumicho dan instruktur kenjutsu. Sedangkan tokoh utama cerita ini, yaitu Yoshimura Kanichiro, merupakan tokoh fiktif, seorang samurai dari Nanbu yang menghianati klannya untuk bekerja pada klan Shinsengumi yang berpusat di Mibu demi mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya. Ia akan melakukan apapun demi keluarganya. Saito yang awalnya digambarkan sebagai orang yang dingin, pendiam, dan misterius, perlahan-lahan berubah sikapnya setelah bertemu dengan Yoshimura yang supel, baik hati, dan suka tertawa.

[WARNING: Contain Heavy Spoiler]

Awalnya, bagi Saito, Yoshimura tampak sebagai orang yang akan melakukan apapun demi uang, meski itu bukan sesuatu yang terhormat. Namun, Saito terkejut karena ketika ada tawaran untuk membelot dari Shinsengumi dan Yoshimura serta Saito disuguhi uang dalam jumlah besar, Yoshimura menolaknya. Yoshimura saat itu mengatakan, bahwa, sebelumnya ia telah menghianati klannya demi memperbaiki kehidupan keluarganya, dan sekarang, ia tidak akan lagi menghianati tuannya lagi. Seiring waktu, Saito semakin memahami Yoshimura, sosok yang baik hati dan sejatinya ia sangat royal. Ketika keshogunan Tokugawa runtuh, dan era Meiji dimulai, Shinsengumi dianggap kekaisaran sebagai pemberontak. Sisa-sisa kekuatan Shinsengumi yang setia kepada seragam yang dikenakannya pantang menyerah kepada pemerintah.
Dalam suatu pertempuran terakhir bagi pasukan Saito dan Yoshimura, Yoshimura dengan gagah berani menyongsong peluru dari pasukan kaisar. Sebuah pertempuran yang terlihat konyol, karena sudah pasti ia akan mati, dimana pedang melawan senapan. Saat itu Saito berpikir bahwa Yoshimura sudah mati.

Film ini beralur flash back. Saat awal cerita, Saito yang sudah tua membawa cucunya yang demam untuk berobat di dokter. Saat itu ia terkejut melihat foto Yoshimura di rumah dokter itu. Kemudian, mereka pun saling bercerita tentang masa lalu. Cerita tentang sosok Yoshimura yang tidak diketahui Saito serta cerita kematian Yoshimura yang sebenarnya.

Barulah Saito tahu bahwa Yoshimura tidak mati dalam pertempuran itu. Yoshimura masih hidup saat itu, namun terluka sangat parah. Pada saat itu ia menemui Ketua Chiaki, ketua klan yang dulu dihianatinya, yang sebenarnya juga sahabat baik Yoshimura sejak masih muda. Chiaki tahu, alasan Yoshimura pergi untuk membebaskan keluarganya dari kelaparan. Namun posisi Chiaki yang ketua klan tidak bisa begitu saja menerima Yoshimura yang luka parah, karena saat itu Shinsengumi merupakan musuh pemerintah, dan melawan pemerintah akan mengakibatkan klannya ditekan oleh pemerintah. Demi persahabatannya selama bertahun-tahun, Chiaki diam-diam membawa Yoshimura masuk ke rumahnya. Ia merasa malu pada sikap Yoshimura yang kembali ke klan yg dihianatinya. Menurutnya, seharusnya ia mati dalam pertempuran sebagai seorang samurai. Chiaki memberikan pedang bagusnya pada Yoshimura, mengingat pedang Yoshimura sudah bengkok dan jelek. Ia meminta agar Yoshimura melakukan Harakiri, dari pada membuat malu dan mencoreng riwayat samurainya sendiri.
(Oke, pas disini gw nangis... deres. Sial.)
Yoshimura, duduk di beranda. Chiaki, sambil menahan air matanya, membuatkan nasi kepal untuk dimakan Yoshimura sebelum harakiri. Menurutnya, agar bisa mati secara layak, orang harus makan lebih dulu. Yoshimura mengingat keluarga yang ditinggalkannya. Melihat nasi itu, ia ingat, bahwa itu adalah nasi Nanbu, nasi dari kampungnya, yg rasanya sangat lezat. Ia ingin pulang ke Nanbu, melihat istri dan anaknya lagi. Istrinya dulu pernah ingin bunuh diri untuk mengurangi beban keluarga, agar mulut yg diberi makan berkurang (Oke, tambah deres air mata gw).

Pada akhirnya, Yoshimura melakukan Harakiri. Tapi, ia tidak menyentuh nasi itu, ataupun memakai pedang yang bagus. Padahal, Chiaki benar-benar ingin ia harakiri secara layak. Tapi, hingga akhirpun, Yoshimura msih saja memikirkan keluarganya. Ia ingin memberikan pedang itu pada anaknya, kaichiro, dan ia tidak ingin pedang bagus itu ternoda oleh darah harakirinya.

Selanjutnya, Kaichiro, mengikuti jejak ayahnya, ikut berperang melawan pemerintah. Chiaki yang berubah pikiran karena kematian sahabatnya, angkat suara, menyatakan tidak terima dikatakan sebagai pemberontak kaisar, dan membawa Nanbu sebagai penentang pemerintah.

Anak Chiaki, si dokter ini, selamat karena ia tetap tinggal di rumah, bersama anak perempuan Yoshimura, Mitsu, yang sekarang menjadi istrinya. Saat tahu bahwa Mitsu adalah anak Yoshimura, Saito berair mata melihat Mitsu sekrang sudah dewasa dan menjadi dokter bersama suaminya. Bagi Saito, Yoshimura adalah orang yang tidak mungkin dilupakannya.

No comments:

Post a Comment